Selasa, 02 September 2025, 15:24
Penulis : Minvest
Jakarta – Vokalis Efek Rumah Kaca, Cholil Mahmud, menyuarakan kritik keras terhadap kondisi demokrasi di Indonesia dalam acara panggung terbuka “Seni Lawan Tirani – Jaga Jakarta” yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM), Senin (1/9).
Di hadapan massa yang hadir, Cholil menyebut sejumlah nama korban yang meninggal akibat kekerasan aparat, termasuk Affan Kurniawan di Jakarta dan Reza Shendy Pratama di Yogyakarta. Ia menyebut mereka sebagai “martir demokrasi” yang gugur karena keberanian menyuarakan aspirasi rakyat.
Namun, sorotan Cholil tidak berhenti pada isu kekerasan aparat. Menurutnya, demokrasi saat ini juga kian terancam oleh maraknya fenomena buzzer politik. Ia menilai buzzer bukan hanya menyebarkan informasi, melainkan juga membungkam suara-suara kritis dengan framing dan serangan personal.
“Demokrasi tidak berjalan seperti itu. Demokrasi butuh respons dan keterlibatan masyarakat setiap hari,” tegas Cholil.
Ia mengungkapkan bahwa kehadiran buzzer membuat banyak orang takut bersuara, bahkan ragu untuk mengkritik pemerintah karena khawatir mendapat stigma atau hujatan di media sosial. Kondisi ini, kata Cholil, membuat ruang publik semakin sempit dan penuh intimidasi.
Sebagai seniman, Cholil percaya bahwa seni bisa menjadi medium untuk menumbuhkan kepedulian terhadap rakyat kecil. Menurutnya, karya seni tidak hanya reaksi sesaat terhadap tragedi, tetapi harus menjadi laku hidup yang konsisten berpihak pada keadilan.
Di akhir orasinya, Cholil menyerukan agar masyarakat tidak bersikap apatis. Ia menekankan bahwa politik bukan sekadar urusan partai, melainkan perjuangan untuk hak warga negara sehari-hari.
“Hanya dengan itu kita bisa menjaga demokrasi tetap di jalurnya,” pungkasnya.
muhammad fachmy
3/9/2025